Wednesday, April 6, 2011

B I L A



Dramatical reading of BILA by Fahd Djibran.

Bila Maulana Muhammad,
Rasulullah yang mulia,
datang mengunjungi kita,
barang sehari atau dua.
Bila tiba-tiba kekasih Tuhan itu datang
tak disangka-sangka,
apakah yang akan kita lakukan?

Akankah kita menyediakan ruangan terbaik,
bagi tamu kita yang terhormat itu,
Maulana Muhammad Rasulullah SAW,
dan kita akan meyakinkannya
bahwa kita begitu berbahagia
dikunjungi olehnya. Melayaninya
adalah suatu kehormatan yang tak terkira.

Lalu apabila hari itu datang,
bila Maulana mengetuk pintu rumah kita
dan mulai menyapa dengan salam,
“Assalâmu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh,”
Apakah kita akan menjawabnya
dengan kata-kata biasa, seperti keseharian kita,
“Hei Rasul, selamat malam! Duduklah! Apa kabar?”

Ini bila, bila Maulana Rasulullah yang agung itu,
pujaan kita, datang ke rumah kita,
apakah kita harus mengganti pakaian
sebelum menyilakannya masuk?
Mengganti penampilan
agar lebih sopan dan pantas,
atau bagaimana?

Lalu bila ia mulai melangkah masuk,
perlukah kita menyembunyikan seluruh
majalah dan koran-koran kuning
sambil mengedepankan Al-Quran
dari posisinya yang paling bawah
dan membersihkannya dari debu-debu
dan berkata, “Wahai Rasul,
ini Al-Quran ya Rasul,
setiap hari aku membacanya!”
Atau bagaimana?

Bila Rasulullah tersenyum ke arah kita,
sementara televisi menyala,
majalah-majalah terbuka, bagaimana?
Apakah kita akan segera
mematikan dan menutupnya?
Haruskah kita menjelaskan kepadanya,
“Ini majalah orang dewasa, wahai Rasul,
dulu tidak ada. Ini infotainment, ya Rasul.
Ini film Holywood!”
Atau bagaimana?

Ya, bila Rasulullah datang ke rumah kita,
mengetuk pintu rumah kita, bagaimana?

Bila ia mulai melangkah masuk ke rumah kita
bila ia tersenyum ke arah kita
bila ia menyapa kita
bila ia menyalami kita, bagaimana?

Bila pipi kita bersentuhan
dengan pipi-pipi sucinya
bila mata kita bertemu
dengan tatapan sucinya
bila telinga kita mendengar salam
dari lisan sucinya,
bagaimana?

Dan bila kita sedang mendengarkan
musik yang begitu indah
dan kita dengar musiknya mengentak,
lalu pinggul kita mulai bergoyang
seperti goyang penyanyinya yang telanjang
apakah kau akan berkata padanya,
“Musik, ya Rasul! This is music ya Rasul.
Rasul mau ikut berjoget? Enak ya Rasul?”
Atau bagaimana?

Rumit. Ya, Terlalu banyak
yang harus kita jelaskan kepadanya.
Tentang semuanya.

Ini bila,
bila Maulana Muhammad Rasulullah
mengunjungi kita, masihkah
kita memakai kata-kata lazim
yang selalu pedas dan kotor itu,
“Anjing! Goblok! Setan!”
Atau bagaimana?

Bila Rasulullah memutuskan
untuk bermalam di rumah kita,
akankah kita mengalami
kesulitan di saat makan?
Misalnya, untuk mengucapkan rasa syukur
dengan berkata, “Alhamdulillâhirabbil’âlamîn,”
Atau bagaimana?

Akankah kita kesulitan saat harus
mengucapkan ketakjuban kita
dengan berkata, “Subhanallah”
akankah kita kesulitan untuk menyesali
kesalahan kita dengan bekata,
“Astagfirullahaladzhim”
Atau bagaimana?

Atau masihkah kita
memakai kata-kata biasa,
Seperti kata-kata yang biasa
kita pakai di keseharian kita,
“Aduh, Anjing, Goblok!”

Lalu yang lebih menarik lagi,
mampukah kita bangun subuh
dari kebiasaan kita bangun siang?
Akankah kita berkata
pada Rasul yang mulia itu,
“Baginda Rasul, bagun pagi
adalah kebiasaan kami, ya Rasul.
Sebelum azan awal pun
kami sudah bangun, ya Rasul!
Kami tak usah dibangunkan mu’azin.
Shalat subuh adalah hobi kami!”
Atau bagaimana?

Dan apabila Rasulullah mengajak kita
berjalan-jalan di kota.
Ke mall, ke restoran,
ke toko-toko, ke seluruhnya.
Ke bioskop, ke bar, ke semuanya.
Ke tempat disko, di kota kita yang indah,
bagaimana?

Apakah kita akan menjelaskan kepadanya,
di toko, “Ya Rasul, ini pakaian dalam!
Ini pakaian luar, ya Rasul!”

Menarik bukan?
Kita harus menjelaskan semuanya!

Kalau kau berpikir suatu saat
Rasulullah datang mengunjungi kita...
Lalu bagaimana bila dua hari itu selesai
dan Maulana Rasulullah harus pulang?
Apakah kita akan berkata,
“Huh bebas! Akhirnya dia pulang juga! Merdeka!”
Atau bagaimana?

Kau, kalian, kita semua harus menjelaskannya!

Atau akankah kita menatap lekat punggungnya
dengan kesedihan luar biasa, bila Rasulullah Saw.
yang kita cintai itu lari,
bila tamu kita yang agung nan surgawi itu
pulang untuk selama-lamanya
dengan punggunggung yang menjauh,
menjelma sunyi, meninggalkan kita semua.
Bagimana?

Apakah kita akan membacakan
shalawat untuknya?
Bila “ya”, apakah kita
memang hafal bacaan shalawat?

Bila Rasulullah Saw. pulang
dari rumah kita, dan tak akan pernah
berkunjung lagi, akankah kita selalu rindu,
akankah kita menyesal
telah menyia-nyiakan kunjungannya
sambil bersenandung syahdu,
“Ya Rasul salâm ‘alaika…
Ya Nabi salam alaika...
Ya habîb salâm ‘alaika..
Shalawâtullâh ‘alaika…”
Atau bagaimana?

Bila ia datang, bila kita menjamunya
bila ia pulang, bila ia lari meninggalkan kita
bila ia tak akan berkunjung lagi ke rumah kita
bila kita tak akan menemuinya lagi
bila kita tak akan menatapnya lagi
bagaimana?

Ini bila
bila Rasulullah, Maulana Muhammad
datang ke rumah kita;
kau, kita, harus menjelaskan semuanya!

Friday, March 25, 2011

Pacaran Itu GAK ENAK!

Ini yang ingin aku tulis dari kemarin :D Akan aku tulis semuanya, sampai hati ini tenang hehehe semoga bermanfaat, saudaraku :) Ini bukan menceritakan keburukan orang lain, bukan! Tentu saja bukan. Tapi aku harap, aku maupun kalian bisa mengambil hikmah dari peristiwa ini, aamiin

Bismillahirrahmanirrahiim,
hari itu hari Senin, seorang temanku mengajak makan siang bersama :D Akhirnya aku dan kedua temanku memutuskan untuk pergi bersama. Tapi sayangnya salah seorang dari temanku sudah pacaran. Entah kenapa pacarnya selalu saja mengganggu saat kita ingin main bersama hhh rumit memang :( Bahkan untuk pergi hari itu saja mereka sampe berantem. Kalian tau, saudaraku? Pacarnya menghina temanku itu (╥﹏╥) oh Tuhaaaannnn, andai aku punya kuasa untuk menegurnya, pasti sudah aku..... @#$%!& hhh sabar Aul sabaaarrrr... Aku tak mengerti kenapa dia terima-terima saja dihina seperti itu. Dan asal kalian tau saja, itu bukan PERTAMA KALI :'( Astaghfirullah yaa Allah

Miris memang jika kalian ada di situasi ini. Melihat teman kalian di hina, di maki, diatur-atur oleh ikhwan yang belum tentu akan menjadi muhrimnya. Aku sudah ingatkan, aku tahu betul temanku itu. Dia orang yang baik, sangat baik. Pintar. Aku pernah merasakan kedekatan yang amat sangat dengannya saat kita masih sering main bareng-bareng. Aku tak terima yaa Allah temanku diperlakukan seperti itu, tapi kenapa ia hanya diam saja?!

Aku sharing dengan kakak spiritualku, lalu ia memberikanku beberapa kalimat yang membuatku sedikit agak tenang. Karena aku takut jika Dia murka dengan kepura-puratidaktahuan kita akan kemungkaran. Kurang lebih seperti ini pesannya : "Hahahaaa, yang penting kita udah kasih tau kan ke mereka, so... bukan urusan kita lagi de, hidayah Allah yang kasih, nanti ada saatnya mereka sadar kok, ....." Baiklah kalau seperti itu, berarti tugasku sudah selesai eits bukan deng! tapi belum selesai :B akan terus aku ingatkan sampai Allah turunkan hidayahNya :D kita gak pernah tau kan kalo hidayah Allah itu turun dari jalan yang beda-beda, insya Allah ;)

Berikut ada kutipan sebuah catatan dari salah seorang saudara di Facebook. Semoga menjadi renungan untuk kita semua...
Cinta yang dibungkus dengan pacaran, pada hakikatnya hanyalah nafsu syahwat belaka, bukan kasih sayang yang sesungguhnya, bukan rasa cinta yang sebenarnya, dan dia tidak akan mengalami ketenangan karena dia berada dalam perbuatan dosa dan kungkungan nafsu, adapun manisnya perbuatan dan indahnya perkataan dalam pacaran, pada dasarnya hanyalah rayuan-rayuan belaka yang kosong dan hampa, yang mengandalkan permainkan kata-kata, untuk itu..hati- hatilah…

Kebanyakan orang sebelum melangsungkan pernikahan biasanya ‘berpacaran’ terlebih dahulu, hal ini biasanya dianggap sebagai masa perkenalan individu, atau masa penjajagan atau dianggap sebagai perwujudan rasa cinta kasih terhadap lawan jenisnya.

Dengan adanya anggapan seperti ini, maka akan melahirkan konsensus di masyarakat bahwa masa pacaran adalah hal yang lumrah dan wajar, bahkan merupakan kebutuhan bagi orang-orang yang hendak memasuki jenjang pernikahan. Anggapan seperti ini adalah anggapan yang salah dan keliru. Dalam berpacaran sudah pasti tidak bisa dihindarkan dari berdua-duaan antara dua insan yang berlainan jenis, terjadi pandang memandang dan terjadi sentuh menyentuh, yang sudah jelas semuanya HARAM hukumnya menurut syari’at Islam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang wanita, melainkan si wanita itu bersama mahramnya” [Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari 1862 dan Muslim 4/104 atau 1341 dan lafadz ini dari riwayat Muslim dari shahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma]

Jadi dalam Islam tidak ada kegiatan untuk berpacaran, dan pacaran hukumnya HARAM.

Contoh lain yang juga merupakan pelanggaran yaitu sangkaan sebagian orang yang menganggap bahwa kalau sudah tunangan/khitbah, maka laki-laki dan perempuan tersebut boleh jalan berdua-duaan, bergandengan tangan bahkan ada yang sampai bercumbu layaknya pasangan suami istri yang sah. Anggapan ini adalah salah ! Dan perbuatan ini dosa besar !

Dan untuk temanku itu, aku mohon maaf jika ini disharingkan dalam blogku. Bukan maksudku untuk membuka aib ataupun keburukanmu, tapi aku ingin aku, kau dan seluruh saudaraku belajar tentang satu hal. Jangan mendekati perbuatan yang dibenci Allah. Pacaran itu adalah salah satu perbuatan yang mendekati zina. “Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.”(Q.S. Al-Isra`: 32) Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari segala kejahatan, baik dari luar diri maupun dari dalam diri, aamiin allahumma aamiin
Semoga bermafaat :D
-Alhamdulillahirrabil'alamiin, salam ukhuwah-

Tuesday, March 15, 2011

Biarkan Aku Memanggil Kekasihku :D

Tak sengaja ku temukan selembar kertas ini. Ku baca perlahan, lalu aku disergap rasa rindu yang amat sangat. Akan aku jabarkan, saudaraku...

Bismillahirrahmanirrahiim...
Biarkan Aku Memanggil Kekasihku 

Biarkanlah, biarkanlah aku memanggil kekasihku.
Jangan kau hina aku, karena menghinaku adalah haram hukumnya.
Remungkan dan nyanyikanlah irama tangisanku, wahai burung merpati!!
Ambil dukaku sebagai pelajaran cintamu.
Wahai anak keturunan Ramah,
aku terhalang dan tak dapat tidur.
Bertambah parah penyakit ini ketika mengingat senyumanmu.

Pelajari dan nyanyikanlah irama tangisanku, wahai burung merpati!!
Karena aku telah mabuk kasmaran dilanda angan kecintaan.
Orang yang berbadan kurus kering seperti aku
karena terkena penyakit cinta kepada Nabi, kenapa kau hina?

 Mereka menghinaku,
mereka menghinaku dengan hinaan yang bukan-bukan.
Wahai penyejuk mataku, semoga keselamatan selalu menyertaimu.
Hatiku terpaut pada kota Madinah.
Dan jiwaku sudah sangat rindu kepada sebaik-baiknya manusia. 


Yaa Nabi salam 'alaika...
Yaa Rasul salam, salam 'alaika...
Yaa Habib salam 'alaika...
Shalawatullah 'alaika... 

Wednesday, March 9, 2011

Teruntukmu, wahai saudaraku :)


Ada yang ingin aku katakan. Tentang sebuah cinta dan penantian. Wets tapi jangan salah, ini bukan antara seorang ikhwan dan akhwat :p kalo itu gak berani lah nulisnya heeh bukannya malah jadi pahala tapi malah dosa :( karena aku ingin apa yang aku tulis menjadi butir-butir pahala dihadapanNya, amiiinnn :D ini adalah cinta dan penantian tentang Dia :)
Dia yang sampai detik ini terus membuat aku tergila-gila :D

Bismillahirrahmanirrrahim…
Saudaraku, pernahkah kau membayangkan tentang bagaimana syurga itu? Pernahkah terlintas sejenak saja dalam fikiranmu tentang gambaran syurga itu? Indah bukan? Rasanya tidak cukup jika hanya sebatas khayalan. Kita semua pasti ingin masuk syurga kan? Bertemu Rasulallah, melihat wajah Allah yang Indah karena Dialah yang Maha Indah. Tapi bagaimana dengan kita? Sudah siapkah kita pulang menuju syurgaNya? Sudah cukupkah amal yang kita bawa untuk melihat wajahNya? Mari kita renungkan.

Saudaraku, waktu bergulir sangat cepat, tanpa disadari tumpukan dosa dan kesalahan menggunung. Malaikat pun mungkin sudah bosan mencatat kesalahan yang kita lakukan, baik disengaja ataupun tidak. Dimulai dari ketidakbersyukurnya kita saat pagi hari, Allah perkenankan ruh kita kembali kedalam jasad. Tapi dengan mudahnya kita menganggap hal itu sepele. Astaghfirullah... Padahal kalau dipikir-pikir betapa tidak berdayanya kita jika malam itu Allah memanggil kita, membawa setumpuk dosa dan belum bertaubat padaNya. Saudaraku yang kusayangi karena Allah, sungguh azab Allah itu sangat pedih. Jangankan azab api neraka, azab kubur yang menanti pun tak terbayangkan pedihnya. Aku dan kalian takkan sanggup, aku jamin. Aku takut saudaraku, aku takut jika azab itu yang akan menemaniku dalam kubur menanti datangnya hari pembalasan. Ya, menanti datangnya hari dimana umat manusia akan dikumpulkan dalam Padang Mahsyar. Astaghfirullah

Allahu Rabbi (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩_-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)
Padang Mahsyar.... 
Hari dimana matahari sejengkal diatas kepala. Hari dimana tidak ada lagi naungan selain naungan dariMu. Hari dimana milyaran hamba menunggu untuk diadili.

Saudaraku, aku sayang padamu, aku mencintai kalian karena kecintaanku pada Sang Maha Cinta. Aku tak ingin kita terpisah, terpisah saat kehidupan yang kekal datang menghampiri. Ingatlah kematian wahai saudaraku :D bersama kita ingat kematian yang diam-diam datang menghampiri. Perlahan namun pasti, kita menuju kematian, menuju Tuhan yang Esa. Siapkan baik-baik bekal kita untuk perjumpaan dengan-Nya. Semoga kita dikumpulkan kembali dalam syurgaNya. Bersama. Kita melangkah pasti, bergandeng tangan, tersenyum bahagia karena sampai pada tingkat kebahagian yang hakiki. Melihat wajah Allah Raja Langit dan Bumi :’) Subhanallah

Karena aku sayang padamu, maka akan selalu aku ingatkan semampuku. Takkan pernah putus ukhuwah ini, insya Allah.
Alhamdulillahirrabil'alamiin

Tuesday, March 8, 2011

Cinta, Rindu dan Penantian


Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.

Bismillahirrahmanirrahim,
Apa kabar hati? Hatiku sedang jatuh cinta :) Cintaku yang pertama jatuh kepada Dia sang Maha Cinta. Dibuatnya aku tergila-gila. Ya, bagaimana tidak? Setiap hembusan nafas dan detak jantungku selalu tercurah kasih dan sayangNya. Cinta yang sudah tak terbendung lagi kini berubah menjadi sebuah kerinduan. Kerinduan untuk segera berjumpa. Penantian panjangku… Duhai Engkau yang nyawaku berada dalam genggaman, aku rindu. Aku ingin pulang. Aku rinduuuuuuuuu (╥﹏╥)

Lalu cintaku yang kedua jatuh kepada ikhwan sempurnaku, Nabi Muhammad saw :) Kekasih Allah ini membuatku tergila-gila. Akhlak mulianya, ketampanan serta keshalihannya membawa cintaku berujung pada sebuah kerinduan. Kerinduan yang tak terperi. Jika mampu ingin aku memeluk dirinya, aku ingin melihat wajahnya. Tidakkah sama apa yang engkau rasakan wahai saudaraku? Manusia mulia yang diakhir hayatnya pun tak memikirkan dirinya, tak memikirkan keluarganya apalagi hartanya. Tapi yang beliau ingat adalah Umatnya :) Allahummashalli’ala sayidina Muhammad. Saudaraku, pernahkah engkau mendengar sebuah cerita tentang kerinduan beliau terhadap ummatnya? Akan aku ceritakan…

Suatu hari di masjid Nabawi, Rasulallah dan para sahabatnya sedang duduk berbincang. Lalu Rasulallah mengajukan sebuah pertanyaan, “Tahukah kalian siapa yang paling mulia disisi Allah?” Para sahabat menjawab, “para malaikat, yaa Rasulallah.” Beliau tersenyum dan berkata, “tentu malaikat mulia, karena mereka dekat dengan Allah. Tapi bukan itu yang aku maksud.” Para sahabat berkata, “para nabi dan rasul, yaa Rasulallah” beliau kembali berkata, “tentu mereka mulia, karena mereka langsung menerima wahyu dari Allah. Tapi bukan itu yang aku maksud.”  Para sahabat kembali berkata, “mungkin kami para sahabatmu, yaa Rasulallah.”  Beliau tersenyum seraya berkata, “tentu kalian mulia, kalian dekat denganku, kalian berjuang bersama-sama denganku. Tapi bukan itu yang aku maksud.” Para sahabat bingung, lalu mereka berkata, “Allah dan RasulNya yang paling tahu.” Tiba-tiba Rasulullah merunduk, pundaknya berguncang hebat, air matanya mengalir. Beliau berkata, “maukah aku tunjukkah siapa yang kedudukannya paling mulia disisi Allah kelak? Mereka adalah sebuah kaum yang lahir setelah aku tiada. Mereka tak pernah melihatku, mereka tak pernah bertemu denganku, mereka tak pernah bersama-sama denganku. Tapi mereka rindu kepadaku, dan aku pun rindu dengan mereka.”
Allahummashali’ala sayidina Muhammad :(

Rindu kami padamu yaa Rasul, rindu tiada terperi… Jangan palingkan wajahmu kelak di Padang Mahsyar yaa Rasulullah. Kami umatmu, kami rindu :(

Yaa Allah, sungguh indah agamaMu. Sungguh mulianya akhlak kekasihMu. Maafkan kami, ampuni kami jika selama ini kami lupa. Kami lupa bahwa Engkaulah Sang Maha Cinta itu. Kami lupa jika Muhammad itulah panutan kami. Astaghfirullah…
Saudaraku yang aku sayangi karena Allah, semoga kelak cinta, rindu dan penantian ini bermuara dalam keindahan, keindahan syurganya Allah, amiiiiiiinnnnn :D

Alhamdulillahirabbil’alamiin -- salam ukhuwah

Sunday, February 13, 2011

Segalanya

Kutatap satu persatu gambar yang kini terpampang jelas dihadapanku.
Aku berfikir sejenak. Merenungi apa yang terekam dalam gambar-gambar itu, memori itu.
Hari ini akan aku tulis semuanya. Akan aku ingat kembali memori itu sampai dahaga rindu berkurang sedikit demi sedikit.
Tuhan... kini semuanya terekam jelas dihadapanku. Mungkin kelak lebih dari apa yang aku lihat saat ini. Kesalahanku, dosa-dosaku.

Mereka yang pernah hadir, Tuhan.
Mereka yang Kau kirimkan menoreh kisah dalam balutan kasih dan sayang.
Mungkin selama perjalanannya banyak persepsi yang menyelebungi hati ini.
Maka maafkanlah, Tuhan.
Tahuku akan siksaMu yang keras.

Aku pernah mengenalnya. Sampai waktu pun yang memisahkan.
Inikah jalanMu? Inikah yang tertulis di Lauful Ma'fuz untukku dan mereka?
Indah... Terimakasih untuk segala yang Kau persiapkan untuku, Tuhan


13 Februari 2011,
sepotong memori tentang mereka...